Sebelumnya saya minta maaf,
disini saya ingin mengkaji 1) Adakah hubungan Candi dengan Abu vulkanik dari gunung berapi di sekitarnya dan 2) hubungan bencana merapi dengan
terpendamnya candi di dalam tanah. Saya mengambil judul ini karena saya tertarik
dengan abu vulkanik pada saat Gunung Merapi dan Gunung Kelud yang jatuh di
rumah saya yang berada di daerah sekitar Yogyakarta. Saya melatarbelakangi
tulisan ini, karena mencoba menghubungkan dengan rumah saya yang tertutup abu
vulkanik selama seminggu karena saya tinggal pergi ke rumah mas saya yang
berada di tegal jawa tengah. Setelah saya pulang ke rumah saya yang ada di Yogya, maka disekitar rumah saya
penuh sekali dengan abu vulkanik, terlebih lagi halaman depan saya dibuat dari
konblok sehingga putih sekali. Ternyata selang beberapa jam di rumah saya terjadi turun hujan yang cukup lebat, abu vulkanik di rumah saya lumayan
hilang, tapi ada juga mengalami pengendapan, pengendapan ini menjadi sangat
rapat seperti foto di bawah ini.
Pengendapan dari abu vulkanik yang terkena hujan ini, setelah kering mirip sekali semen yang rekat dan kuat, apalagi jika sudah kering, mirip sekali dengan semen yang rekat, walaupun jika dicungkil bisa lepas juga, tapi kalau dilihat dari kerapatanya, abu vulkanik ini menjadi sangat rapat dan padat. Ketika abu ini saya kumpulkan, karena masih agak basah mirip sekali semen yang masih basah (tanah liat) dan bisa di bentuk:
Dari sinilah saya melihat hubungan antara ada keberadaan candi dan terpendamnya candi di Jawa terutama sekitar daerah lintasan gunung berapi. Mengapa saya kaitkan, saya berpikir apakah aktivitas ini dulu pernah terjadi ?
Apalagi keberadaan candi di sekitar lintasan gunung berapi baik abu vulkaniknya atau material2 gunung berapi lainnya, dari sini saya mulai sadar, ini hanya dari pikiran saya saja, ketika ada letusan gunung berapi yang menyebabkan abu vulkanik, mengakibatkan abu jatuh di pemukiman penduduk, kalau di zaman sekarang, maka penduduk dan instansi pemerintah mulai membersihkan dan menyingkirkan abu vulkanik tersebut, bahkan ada beberapa daerah, mengumpulkan abu vulkanik untuk dimanfaatkan, dari pikiran saya ada kemungkinan bahwa di masa lalu mendapatkan ide yang sama untuk memanfaatkan abu vulkanik, ada kemunkinan untuk memanfaatkan abu vulkanik untuk membuat suatu bangunan, kegiatan pertanian, atau perkakas rumah tangga misalnya dibuat seperti tembikar (hanya kemungkinan), apalagi di sekitar berdirinya candi terdapat berbagai macam material dari gunung berapi, coba apa saja ??? sebut saja pasir yang melimpah, batu krikil hingga batu yang besar, coba kalau dilihat di masa ini saja material gunung berapi banyak di manfaatkan untuk bangunan, karena melimpahnya pasir dan krikil di sekitar sungai atau daerah gunung merapi, sehingga tidak heran terlintas di masa lalu untuk membuat suatu bangunan besar yang kemungkinan bangunan besar itu adalah Candi baik candi yang bentuknya kecil maupun Candi yang bentuknya besar dan melebar seperti gunung misalnya borobudur atau memanjang atau menjulang ke atas seperti prambanan.
Saya mengkaitkan masa sekarang dengan masa lalu, karena waktu itu di masa lalu terjadi letusan gunung berapi menyebabkan sekitar rumah penduduk menjadi putih, ada kemungkinan kepala desa/suku/raja/ilmuwan di masa itu terlintas untuk memanfaatkan abu vulkanik tersebut, dan bisa jadi ada kemungkinan terjadi banjir karena lahar dingin yang menyebabkan membawa material-material gunung berapi, menyababkan ada terlintas untuk membuat dan memanfaatkan material gunung berapi ini dengan membuat bangunan. Mungkin tidak hanya candi, bisa saja sebuah istana atau bangunan yang ada seperti di ratu boko bahkan situs di gunung padang yang dekat dengan banyak gunung, bangunan-bangunan ini mungkin terbentuk karena ingin memanfaatkan hasil material gunung berapi yang ada sekitar sana, selain itu ada kemungkinan untuk membersihkan sisa-sisa hasil material gunung berapi supaya tidak menyebabkan bencana seperti banjir atau longsor lahan, seperti di zaman sekarang, hasil material gunung berapi di manfaatkan untuk membuat bangunan dan penggalian pasir sesuai peruntukan, coba jika tidak dimanfaatkan, malah menjadi bencana misalnya menjadi banjir merusak rumah penduduk atau jembatan rusak sekitar gunung seperti yang pernah saya baca di media-media online, lahar dingin menyebabkan banjir dan rusaknya jembatan, apalagi di masa lalu, ada kemungkinan ada pemukiman yang ingin memanfaatkan material gunung berapi untuk menghindari bencana dan membuat suatu bangunan.
Setelah material gunung berapi dikumpulkan seperti pasir, krikil besar dan kecil , hingga mengumpulkan abu vulkanik baru terlintas adanya untuk memanfaatkan abu vulkanik untuk membuat bangunan, coba kita lihat seperti di daerah DIY, Jateng dan sekitarnya, jika abu vulkanik dikumpulkan, mungkin bisa sebanyak bukit abu yang besar, seperti gurun pasir. Setelah bangunan (candi/pemukiman/pendopo/keraton/istana) di buat, kemungkinan di masa lalu, terjadi yang namanya bencana misalnya letusan gunung berapi yang sangat besar, gempa bumi yang sering terjadi di sekitar pantai selatan Jawa, barat Sumatera, atau terjadi Tsunami seperti di Aceh, sehingga menyebabkan bangunan yang sudah dibuat menjadi terpendam, apalagi jika terjadi tsunami atau letusan gunung berapi, terus penduduknya mengungnsi jauh, akibatnya tempat tersebut lambat laun mulai tertutup debu, pepohonan atau terjadi bencana lagi seperti letusan gunung berapi (abu vulkanik dan lahar dingin yang menyebabkan banjir) mengakibatkan bangunan-bangunan itu tertutup, seperti media online yang saya baca tentang terpendamnya candi-candi yang ada di Jawa (misalnya Candi yang berada di Dieng) dan yang paling populer adalah bangunan di Gunung Padang yang tertutup dengan timbunan tanah dan pepohonan.
Dari tulisan ini saya mulai sadar, menurut saya mengapa candi atau pemukiman atau istana biasanya berada di atas perbukitan, kalau menurut para ahli bangunan seperti candi atau istana dibangun di atas bukit karena ada maksud dan mitologi atau ceritanya sendiri. Tapi kalau menurut perkiraan saya, ada kemungkinan karena untuk menghindari dari namanya banjir, coba kita pikirkan sekilas, di masa lalu banyak bangunan yang didirikan di atas perbukitan, mungkin untuk menghindari yang namanya banjir baik karena intensitas hujan yang tinggi bahkan akibat material gunung berapi yang melimpah, ketika hujan, air mengalami peluapan dan banjir di sekitar rumah penduduk. Tapi menurut pemikirannya saya, tidak berarti pemukiman di masa lalu jauh dari sungai, karena sungai banyak dimanfaatkan oleh penduduk, misalnya untuk membersihkan diri baik untuk keperluan pribadi atau mensucikan diri untuk masuk ke bangunan yang suci dan dimanfaatkan untuk kegiatan sehari-hari. Jadi adanya bangunan-bangunan tersebut biasanya ada di perbukitan tapi dekat dengan sungai, walaupun menurut para ahli, adanya bangunan di atas bukit, memiliki kisah dan maksudnya tersendiri mengapa candi atau bangunan-bangunan kuno tersebut didirikan di daerah perbukitan.
Disini saya hanya ingin mencoba untuk mengkaitkan adanya keberadaan Gunung berapi dengan ada bangunan Kuno yang ada di Indonesia, jika saya salah, saya mohon saran dan petunjuknya untuk memperbaiki tulisan ini, terima kasih ...